Pusara Cinta
8:58:00 AM
Hujan disore itu terasa memilukan, beda dari hujan yang kemarin.
Dila, menatap gemericik hujan dibalik jendela kamarnya. Hujan disore itu
mengingatkan kembali pada kenangan masa lalunya. Dila tersenyum, sesekali Dila
meneteskan air mata. Perasaannya campur aduk, antara bahagia, dan sedih. Tapi
kesedihannya terlalu menguasai pikirannya, dila entah menangis dalam senyum
atau tersenyum dalam tangis. Dila terpukul dengan perasaannya saat itu.
Handphone Dila berdering, terpampang dilayar handphonenya dengan nama
kontak Rehan. Dua minggu setelah Dila masuk sebuah PTN, Rehan diam-diam
memiliki perasaan yang beda terhadap Dila. Pertemuan pertamanya dimulai saat
Dila menaiki angkot ketika pulang kuliah, Rehan yang pada saat itu satu angkot
dengan Dila mencoba untuk berkenalan dan mengakrabkan diri dengan Dila.
Perkenalan itupun berlanjut dengan saling tukar nomor handphone.
Waktu itu Dila memang sudah mempunya seorang pacar. Dila sangat
menyayanginya. Rio yang saat itu sebagai pacar Dila, menunggu di perempatan
jalan bermaksud menjemput Dila. Angkot berhenti, Rehan memperhatikan Dila
ketika turun dari angkot. Ketika Dila menaiki motor Rio pun, Rehan masih
memperhatikan Dila.
Setiap malam, Rehan tidak pernah melewatkan waktu untuk menelpon
Dila, meskipun Dila menganggapnya sebasebagai hal yang biasa. Namun berbeda
dengan Rehan, terlalu menyimpan harapan. Perbedaan kampus antara Dila dengan
Rio menjadi kesempatan Rehan untuk mendekati Dila. Ketika menunggu jam masuk
kuliah, di kantin dan saat sebelum pulang Rehan selalu menyempatkan untuk
bertemu dengan Dila. Rehan dan Dila sudah semakin dekat.
Kedekatan Dila dan Rehan berlanjut ketika di luar kampus. Makan
bareng, nonton atau sekedar mengunjungi tempat wisata sering dilakukan Dila dan
Rehan. Memang, meskipun Dila sudah mempunyai seorang pacar yang sangat
dicintai, tapi disisi lain Dila merasakan kesepian. Pacarnya terlalu cuek,
entah mengapa. Tapi Dila menganggap itu hanyalah hal biasa dan mungkin itu
memang sifat Rio. Dila terlalu terbuai dengan rasa cintanya yang begitu besar
pada Rio, tapi Dila nyaman dengan Rehan.
Suatu pagi dikampus, entah mengapa Dila dan Rehan tiba di kampus
pada waktu yang sama. Meskipun turun dari angkot yang berbeda. ‘Hai’ Rehan
menyapa ringan. ‘Hai, kamu baru datang juga?’ Dila menjawab sambil tersenyum
manis. ‘Kamu buntutin aku ya?’ gurau Dila.
‘Ih apa sih? Kepedean deh’. ‘kamu kali yang buntutin aku?’ Rehan
membalas gurauan Dila.
‘Udah sarapan belum?’. Tanya Rehan
‘Belum nih, mau nraktir yah?’. Jawab dila sambil mencolek perut
Rehan.
‘Tuh kan, masih aja kepedean, tapi ayo lah’. Rehan menyanggupi
untuk nraktir Dila.
Dila dan Rehan menuju kantin langganan mereka, makanan telah
dipesan.
‘Oh ya Dil, aku pengen ngasih tau kamu sesuatu’. Rehan kembali
membuka pembicaraan.
‘Apa? Kamu ga punya duit?’
‘Bukan itu, kemaren pas aku abis nge-print tugas, aku ketemu Rio.
Adeknya cakep lho, kenalin dong’. Ujar Rehan sambil cengengesan.
‘HAH!!! Adek?’ Dila kaget. ‘Perasaan Rio gak punya adek ah, ngaco
kamu mah’. Sahut Dila.
‘Yang bener? tapi ko Rio bilang kalo itu adalah adeknya. Wah
jangan-jangan....’ belum sempat Rehan melanjutkan omongannya Dila memotong
‘Udah ah, jangan berperasangka buruk ke orang lain’.
Sebulan terakhir memang Dila sering mendengar dari temen-temennya
kalau mereka sering lihat Rio jalan dengan cewek lain, tapi Dila selalu
mengabaikannya. Dila terlalu percaya. Dila selalu beranggapan bahwa cewek yang
jalan dengan Rio itu mungkin temen kampusnya atau sekedar temen biasa. Dila tak
begitu mempermasalahkannya.
Hingga pada suatu sore, ketika pulang kampus. Rehan mengajak Dila
untuk jalan, mereka bermaksud untuk nonton. Ketika menunggu film dimulai, Rehan
memberi tahu Dila, bahwa Rehan melihat untuk kedua kalinya Rio jalan dengan
cewek yang sama. Seperti biasa, Dila selalu mengacuhkannya.
Setelah selesai nonton, Rehan mengajak Dila untuk makan.
‘Dil, aku pengen ngomong sesuatu’. Rehan membuka pembicaraan tapi
dengan wajahnya menunduk. ‘Apa? Mau ngomong ko bilang-bilang. Tinggal ngomong
aja apa susahnya sih?’ Dila menjawab tanpa beban.
‘Mmmmmm....gimana ya, bingung’. Rehan menggaruk kepalanya.
‘Apa sih Rehan...ko kamu jadi gini sih? Tadi juga pas nonton diem
aja’. ‘Kamu kenapa? Sakit?’. Dila mengintip wajah Rehan yang menunduk.
‘Aku suka sama kamu dil, aku cinta kamu, aku ingin kamu jadi pacar
aku. Tapi, sayangnya kamu kan udah punya pacar’.
Suasana mendadak hening, ada rasa bahagia yang dirasakan Dila,
sebenernya Dila sendiri merasa nyaman dengan Rehan dan hampir mempunyai rasa
yang sama. Tapi rasa itu selalu ditepis oleh Dila.
‘Kamu ga lagi becanda kan?’. Tanya Dila.
‘Nggak Dila, aku gak lagi becanda. Aku beneran suka sama kamu’.
Dila tak menjawab, hanya tersenyum.
‘Sudahlah, lupakan saja’. Rehan seolah tau apa yang akan dikatakan
Dila.
Sepanjang perjalanan pulang, mereka membisu. Tak ada satupun kata
yang terlontar dari Dila dan Rehan.
Dila tersenyum ketika mengingat perkataan Rehan tadi, Dila bahagia.
Namun berbeda dengan Rehan, terlalu cepat mengambil jawaban. Dila tak mungkin
akan menerimanya, lagian Dila juga sudah mempunyai pacar, hanya itu yang ada
dipikirannya. Hingga Rehan berniat untuk melupakan dan menjauhi Dila.
Air mata Dila semakin mengalir, ketika mengingat masa lalun itu.
Dila menyesal menyia-nyiakan orang yang selalu ada buat Dila. Menyesal karena
tak pernah mau mendengar apa yang dikatakan teman-temannya. Ternyata apa yang
dikatakan Rehan dan teman-temannya itu memang benar. Dila sangat menyesal.
Dila kembali membuka sms dari temennya,
Innalillahi wainna ilaihi rooji’uun.
Telah berpulang ke Rahmatullah salah satu teman kita Rehan Arya Nugraha tadi
pukul 20.25 di RS Hasan Sadikin.
Semoga segala amal baiknya diterima oleh Alloh SWT. [_rini 2011 MPS A_]
Dila merasa terpukul dengan sms yang diterima dari temen yang
kebetulan satu kelas dengan Rehan. Dila tertegun, tak lama kemudian Dila
meneteskan air matanya.
Memang, setelah Rehan mengungkapkan perasaannya, Dila tak pernah
bertemu langsung dengan Rehan. Rehan selalu menghindar. Padahal saat itu Dila
telah benar-benar yakin bahwa Dila juga mempunyai rasa yang sama terhadap
Rehan.
1 komentar
tragisss -,-"
ReplyDeletepenyesalan memang slalu di akhir..
Terima kasih udah berkunjung ke blog gue yang gini-gini aja. Silahkan comment ya, kasih masukan juga ya biar kedepannya blog ini gak kebelakang.