antara Fanatik - Munafik
9:53:00 AM
"plaaaaak" suara tamparan terdengar merobek kuping.
"kenapa kau tampar aku Seni?" tanya heran Juni.
"lihatlah orang-orang menghujatmu" wajah Seni kini mulai bengis. "lalu apa hubungannya denganku? aku hanya ingin menjadi diri sendiri. mereka saja yang memandang dari sudut pandang mereka, mereka tidak pernah mencoba masuk dunia kita, padahal dunia kita tidak seburuk yang mereka kira." Suaranya kian lantang membangkang.
"aku tak habis pikir denganmu" menggelengkan kepala, lalu mendekat kepada Juni. "kau benar Juni, kami memang terlalu fanatik akan sebuah jalan hidup."
Juni menjauh, menjatuhkan tangan Seni dari pundaknya. "kau tetap saja fanatik, mungkin dalam hitungan jam kau juga akan menjadi orang yang Munafik." Seni kini terisak, menatap nanar Juni yang kini lebih bengis dari sikapnya tadi. Juni menyunggingkan senyuman sinis, "jangan-jangan air matamu juga sebuah kemunafikan?" Tak lama Juni meninggalkan sosok tubuh yang kini terisak deras.
Sejak saat itu, keduanya tak pernah lagi bertatap muka, bahkan ketidaksengajaan pandangan pun, Juni dengan cepat menghindar. Ya, kebenciannya terhadap Seni mengalahkan bencinya Iblis kepada Manusia.
Entah sampai kapan kebencian Juni mulai sirna, namun dari ini kita dapat mengambil satu pelajaran hidup. Kita tak harus memaksakan jalan kita, terkadang kita juga dipaksa mampir pada paradigma yang berbeda.
Untukmu Seni yang kini benar-benar Munafik
2 komentar
hah, kehidupan emg gk pnh dri kemunafikan
ReplyDeleteintinya belajarlah menghargai paradigma orang lain...
ReplyDeletemakasih sudah sudi mampir di blog saya.
Terima kasih udah berkunjung ke blog gue yang gini-gini aja. Silahkan comment ya, kasih masukan juga ya biar kedepannya blog ini gak kebelakang.