Sekilas Arti Dibalik Hujan
10:34:00 AM
Langit cenderung mendung mengandung semua haru biru yang kian
membelenggu. Angin bertiup sadis mengikis semua tangis menjadi jeritan murka.
Pepohonan melambaikan batang seakan bertepuk tangan dengan suasana alam ini.
Kicauan burungpun lenyap tiada, seakan taha akan suasana ini. Burung tak
menampakan diri.
Awan menggumpal tebal, mengiring sepiku pada titik puncaknya.
Mentari bersembunyi ciut seakan takut. Dunia ini menyempit dengan suasani ini.
Gelegar petir bersorak gembira cerca kesepian ini, mencibir hingga terdengar
mengusir. Riak darah seimbang dengan gelegar petir menyambar. Rasaku tetap saja
hambar.
Setiap hari, persis disaat seperti ini. Rasa sepi selalu mengusik
hati, dan menghilang ketika kesepian ini benar-benar tak bisa ku usir. Sepertinya,
aku akan terbiasa dengan suasana ini. Esok, lusa, bulan depan, tahun depan dan
entah sampai kapan. Aku akan selalu ramah akan datangnya sepi ini.
Tak peduli mentari esok tak datang lagi, ayam tak berkokok kembali,
tak berjumpa fajar lagi. Kini aku sudah terbiasa dengan suasana ini. Aku mulai
belajar dari semua suasana, sepi, gelisah dan entah apa. Sampai aku tak tahu
mengungkapkannya.
Seseorang yang akan menyelamatkan dari kesepian ini. Sungguh aku
tidak mengharapkannya. Aku tegaskan, aku sudah nyaman dengan suasana ini!
Seorang peri ataupun ratu datang tiba-tiba dan mengusir semua kesepian ini,
omong kosong. Ilusi belaka. Hanya khayalan.
Sama halnya dengan aku yang selalu berkhayal tentang dia, yang dulu
ada untukku. Selalu saja kuseka air mta ini setiap kali aku mengingatnya.
Meskipun tetap saja membasahi setiap kertas yang kutumpahi dengan tinta sepi.
Apa yang aku rasa adalah apa yang tak ingin dia rasa. Dugaanku.
Sampai hujan memburu semua kekeringan dibumi, melumat semua gersang
kehidupan. Hingga bersih, licin dan tak tersisa. Hingga angin berhenti mengusik
kesepian ini, kembali mereda dengan sendirinya. Hingga gelegar petir meramah
terkendali. Dan hanya tetesan air dari atap yang bocor yang tersisa. Kemudian
indah pelangi mnyeringai menyambut datangnya senja. Mengajaknya kembali beradu
dipersinggahannya.
Namun, hati ini masih berkecamuk dengan sepi yang ada, berusaha
mengusirnya namun tetap saja ada. Aku tegaskan sekali lagi, aku nyaman dengan
suasana seperti ini. Entahlah, biarlah semua mengalir apa adanya. Tanpa paksaan
dan tanpa dorongan. Sampai kapan ini akan bergulir. Aku akan tetap ada.
Menunggu senyumnya tersungging kembali, menunggu suaranya meneriaki
kelalaianku, mengingatkanku. Aku akan berdiri diatas kisah usang ini menunggu
kepastian, meskipun menyakitkan. Aku yakin, dibalik hujan badai pasti tersimpan
pelangi indah yang siap menyapa.
4 komentar
aroma jomblo tercium khas sekali..
ReplyDeleteoke..diksinya mantaqb
Sial :(
DeleteOkey, tengkiyu. Betewe uang jajan masih ada?
Bawa bawa perasaan banget huhuhu :p
ReplyDeleteCetar membahana, apasih -_-"
gagal moveon ya hehe
ReplyDeleteTerima kasih udah berkunjung ke blog gue yang gini-gini aja. Silahkan comment ya, kasih masukan juga ya biar kedepannya blog ini gak kebelakang.